Penemu Pondasi Cakar Ayam

Prof. Dr. (HC) Ir. R. M. Sedyatmo adalah salah satu tokoh Insinyur Sipil Indonesia, cendekiawan, praktisi, ilmuwan dan guru besar Institut Teknologi Bandung. Beliau lahir di Karanganyar Jawa Tengah pada tahun 1909.

Pendidikan dasar dilaluinya di HIS Solo (1916-1923), dilanjutkan ke MULO Solo (1923-1927), dan AMS B di Yogyakarta (1927-1930). Sedyatmo yang sering dijuluki “Si Kancil” karena terkenal terkenal banyak akalnya. Menempuh pendidikan di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) sekarang ITB Bandung (1930-1934).

Selesai dari THS pada 1934 dengan masa studi empat tahun, Sedyatmo bekerja sebagai insinyur perencanaan di berbagai instansi pemerintah.

Karir

Karir di dunia akademik dimulai sejak 1 Oktober 1950 dengan pengangkatannya sebagai lektor luar biasa untuk vak Waterkracht (bidang pembangkit tenaga air) pada bagian Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (ITB). Pada tanggal 1 Agustus 1951 ia resmi diangkat menjadi guru besar luar biasa bidang pembangkit tenaga air. Ia merupakan profesor pribumi kedua di jurusan sipil ITB setelah Prof. Ir. Roosseno.

Pada Lustrum ketiga (Dies Natalis ke 15) Institut Teknologi Bandung tanggal 2 Maret 1974 Sedyatmo menerima penghormatan berupa Doctor Honoris Causa dalam ilmu pengetahuan Teknik dari Senat ITB, atas dasar penilaian terhadap jasa – jasanya sebagai insinyur, dengan promotor Prof. Ir. Soetedjo.

Sejarah

Prof. Dr. Ir. Sedyatmo tahun 1961 ketika sebagai pejabat PLN harus mendirikan tujuh menara listrik tegangan tinggi di daerah rawa – rawa Ancol Jakarta. Dengan susah payah, dua menara berhasil didirikan dengan sistem pondasi konvensional, sedangkan tersisa lima menara yang masih terbengkalai. Menara tersebut menyalurkan listrik dan pusat tenaga listrik di Tanjung Priok ke Gelanggang Olah Raga Senayan dimana akan diselenggarakan pesta olah raga Asian Games 1962.

Karena waktunya sangat mendesak, sedangkan sistem pondasi konvensional sangat sukar diterapkan di rawa – rawa tersebut maka dicarilah sistem baru. Lahirlah ide Ir. Sedyatmo untuk mendirikan menara di atas pondasi yang terdiri dari plat beton yang didukung oleh pipa – pipa beton di bawahnya. Pipa dan plat itu melekat secara monolit (bersatu), dan mencengkram tanah lembek secara meyakinkan.

Oleh sedyatmo, hasil temuannya itu diberi nama sistem pondasi cakar ayam. Menara tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dan tetap kokoh berdiri di daerah Ancol yang sekarang sudah menjadi kawasan industri. Bagi daerah yang bertanah lembek, pondasi cakar ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung, tapi juga untuk membuat jalan dan landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini tidak memerlukan sistem drainase dan sambungan kembang surut.

Struktur

Pondasi cakar ayam terdiri dari plat beton bertulang yang relatif tipis yang didukung oleh buis – buis beton bertulang yang dipasang vertikal dan disatukan secara monolit dengan plat beton pada jarak 200-250 cm. Tebal plat beton berkisar antara 10-20 cm, sedangkan pipa-buis beton bertulang diameter 120 cm, tebal 8 cm dan panjang berkisar 150-250 cm. Buis – buis beton ini berguna untuk pengaku plat. Dalam mendukung beban bangunan, plat buis – beton dan tanah yang terkurung di dalam pondasi bekerja sama, sehingga menciptakan suatu sistem komposit yang didalam cara bekerjanya secara keseluruhan akan identik dengan pondasi rakit foundation.

Mekanisme sistem pondasi cakar ayam dalam memikul beban dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut :

Bila diatas plat bekerja beban titik, maka beban tersebut membuat plat melendut. Lendutan ini menyebabkan buis – buis cakar ayam berotasi. Hasil pengamatan pada model menunjukan rotasi cakar ayam memobilisasi tekanan tanah lateral di belakang cakar ayam dan merupakan momen yang melawan lendutan plat. Dengan demikian, cara mengurangi lendutan maka semakin besar momen lawan cakar ayam untuk melawan lendutan maka semakin besar reduksi lendutan. Momen lawan cakar dipengaruhi oleh dimensi cakar dan kondisi kepadatan (kuat geser) tanah disekitar cakar, yaitu semakin panjang dan juga lebar cakar, maka semakin besar momen lawan terhadap lendutan plat yang dapat diperoleh.

Banyak bangunan yang telah menggunakan sistem pondasi cakar ayam karya Prof. Sedyatmo, antara lain ratusan menara PLN tegangan tinggi, hangar pesawat terbang dengan bentangan 64 m di Jakarta dan Surabaya, antara runway dan taxi way serta apron di Bandara Soekarno Hatta Jakarta, jalan akses Pluit – Cengkareng, pabrik pupuk di Surabaya, kolam renang dan tribune di Samarinda, jalan tol Palembang – Indralaya, dan ratusan bangunan gedung bertingkat di berbagai kota.

Sistem pondasi cakar ayam juga sudah banyak dikenal di berbagai negara, bahkan telah mendapat pengakuan paten internasional di 40 negara yaitu : Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, India, RRC, Jepang, Korea Selatan, Meksiko, Arab Saudi, Bahrain, Srilanka, Brazil, Qatar, Uni Soviet, Burma, Mesir, Afrika Selatan, Portugal, Spanyol, Argentina, Cile, Australia, Brunei Darussalam, Selandia Baru, Maroko, Jerman Barat, Jerman Timur, Inggris, Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Belanda, dan Denmark.

Sumber: berbagai sumber

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Main Menu